hari ini....
tak seperti lagi hari kemarin...
tak ada nada sms yang mengejutkan..
tak ada deringan nada yang membangunkan dari lelapnya tidur...
hari ini...
hari yang b'rbeda dengan hari kemarin...
karena hari ini...
bukan hari kemarin
Rabu, 01 September 2010
Sabtu, 28 Agustus 2010
fitnah muuu
buatlah semua orang berfikir jika aku yang salah..
jika aku yang jelek..
jika aku yang muanfik..
jika aku yang pembohong..
dan jika aku yang tak berperasaan...
...hingga semua akan percaya..
hingga semua kan yakin...
dan.... aku telah jauh..
jauhh pergiii....
pergiii dengan kesendirian dan fitnah yang kau tebarkan..
hingga semua pada akhirnya..
akan berhentiii..
jika aku yang jelek..
jika aku yang muanfik..
jika aku yang pembohong..
dan jika aku yang tak berperasaan...
...hingga semua akan percaya..
hingga semua kan yakin...
dan.... aku telah jauh..
jauhh pergiii....
pergiii dengan kesendirian dan fitnah yang kau tebarkan..
hingga semua pada akhirnya..
akan berhentiii..
Jumat, 23 Juli 2010
Jika aku harus pergii
Jika dirimuu berfikir ingin mencari sosok lain....
jika kau tak ingin akuu di sampingmuu lagi.....
jika engkau merasa keberadaankuu buatmuuu tak nyaman....
jika semuanya telah tiada...
tiada rasa itu buatkuuu...
tiada inginmuu bersamakuu...
tiada hasratmuu berbagi denganku....
tiada dan tiada aku di sisimu...
di hatimu.....
aku akan jujur...
aku akan jujur pada dirikuu..
jika aku "TERPAKSA" ingin jauh darimuu...
ingin kuu adalah ingin muuu...
demi bahagiamuu...
bahagiamu, bahagiakuuu...
jika kau tak ingin akuu di sampingmuu lagi.....
jika engkau merasa keberadaankuu buatmuuu tak nyaman....
jika semuanya telah tiada...
tiada rasa itu buatkuuu...
tiada inginmuu bersamakuu...
tiada hasratmuu berbagi denganku....
tiada dan tiada aku di sisimu...
di hatimu.....
aku akan jujur...
aku akan jujur pada dirikuu..
jika aku "TERPAKSA" ingin jauh darimuu...
ingin kuu adalah ingin muuu...
demi bahagiamuu...
bahagiamu, bahagiakuuu...
Label:
Puisi
Sabtu, 10 Juli 2010
KetiKa Aku MeRindUkaNmu
Ketika aku merindukanmu…
Kutuliskan semua rasa yang ada
Kucoba rangkai menjadi bait-bait puisi indah
Seadanya rasa ini, sedalamnya hatiku
Ketika aku merindukanmu…
Tak terasa tetes airmata jatuh di pipiku
Dikala tak sedikitpun dapat kutemui adamu
Lirih pun tak kudengar suara manismu
Ketika aku merindukanmu…
Aku ingin waktu berputar ke masa lalu
Saat dimana aku ada disampingmu
Ketika dirimu belum pergi dari kehidupanku
Ketika aku merindukanmu…
Langit yang biru pun terasa kelabu
Panas mentari tak mampu hangatkan jiwaku
Tak ada rasa indah dalam kehidupanku
Ketika aku merindukanmu…
Berjuta angan inginkan kembali kehadiranmu
Walau harus berjalan jauh menjemputmu
Kurela demi bahagianya hatiku
Ketika aku merindukanmu…
Semua langkah tanpamu terasa kaku
Tak ada tawa terlahir serenyah bersamamu
Hidup sepenuhnya terasa pilu
Ketika aku merindukanmu…
Ingin rasanya aku menuruti semua egoku
Raih bahagiaku, mungkin acuhkan bahagiamu
Syukurku, ketika merindukanmu tak ku lakukan itu
Ketika aku merindukanmu…
Kutatap langit, kulihat engkau menatapku
Kutatap air, kuingat kenangan bersamamu
Kutatap hidupku, begitu kosong tanpamu
Ketika aku merindukanmu…
Aku bersedih kala teringat dia disampingmu
Begitu ingin kuhapuskan kerinduan ini
Namun hati masih ingin mengharapkan kembalimu
Ketika aku merindukanmu…
Berjuta tanya menyeruak dipikiranku
Adakah juga kau rasakan kerinduan padaku
Tak terbersitkah keinginan bertemu lagi denganku
Ketika aku merindukanmu…
Tak sedikitpun kusesali pertemuan awal itu
Tak ada hasrat untuk memisahkanmu
Tak ada rasa ingin membelenggu jiwamu
Ketika aku merindukanmu…
Ratusan malam kuhabiskan menunggu
Banyak mimpi kutabur di taman hatiku
Berharap esok kau berdiri di depan pintu hatiku
Ketika aku merindukanmu…
Terkadang datang ragu, coba tepiskan indahmu
Terkadang kupeluk bayangmu yang semu
Kutatap fotomu, berharap engkau melihatku
Ketika aku merindukanmu…
Berjuta penyesalan hadir atas semua khilafku
Berandai dapat kuperbaiki masa lalu
Seandainya dapat, kutata ulang kehidupanku
Ketika aku merindukanmu…
Terselip tanya “adakah kau menyesal mengenalku ?”
Terselip tanya “tak bisakah kau miliki saja diriku ?”
Terselip tanya “begitu mudahkah hapuskan diriku dari kehidupanmu ?”
Ketika aku merindukanmu…
Setengahnya kumerasa malu, karna mungkin hanya aku
Di sampingmu bukan diriku, mungkinkah dipikirmu ada diriku
Hingga dihatimu, masih bisa merindukan sosok lemahku
Ketika aku merindukanmu…
Hanya ungkapan rasa ini yang kumampu
Meski takkan pernah dapat menjadi obat bagiku
Sedikitnya melepaskan sedikit rasa dari hatiku
Ketika aku merindukanmu…
Kurelakan semua rasa sayang ini menunggu
Kubiarkan diri ini mengenang memori masa lalu
Kuyakinkan hatiku jangan memilih tuk ragu
Ketika aku merindukanmu…
Harapan tumbuh, serasa ku mampu sendiri dulu
Kubiarkan hati putih tanpa debu cinta yang lain
Mencoba buktikan betapa setianya diriku
Ketika aku merindukanmu…
Kuberikan semua rasa sayang yang tulus untukmu
Kuhapus ingatan tentang ketaksempurnaanmu
Kuyakinkah hati sesungguhnya kita adalah satu
Ketika aku merindukanmu…
Kusadari betapa lemahnya diriku tanpamu
Kuteringat betapa kasarnya diriku dulu
Betapa ingin memohon dirimu kembali padaku
Ketika aku merindukanmu…
Kucoba merangkai semua imaji bahwa kau pun merindu
Kucoba bermimpi kau pun memimpikan keberadaanku
Kucoba menunggu, buktikan takdir dan inginku
Ketika aku merindukanmu…
Tak kuasa logika atas semua rasa dalam hatiku
Tak kuasa raga atas keberadaan jiwa lemahku
Tulus mencintaimu, dari ketidaksempurnaanmu
Ketika aku merindukanmu…
Kupintakan dirimu sehat s’lalu hingga batas waktu
Berkhayal kelak dapat kulihat kembali sosok indahmu
dan kudengar lagi… suara manja dan manismu
Ketika aku merindukanmu…
Kuterpaku dengan kata-kata cinta dan setia
Tulus dan tanpa harus dirasa oleh berdua
Hingga sering membuatku menjadi rapuh
Ketika aku merindukanmu…
Menjadi seperti inilah diriku
Terlihat jelas seluruh isi hati dan pikiranku
Hanya karena aku merindukanmu…
Kurasakan putih dan tulusnya cinta
Indahnya memberi, teguhnya rasa
Bagaimana hati mencoba setia
Ketika aku merindukanmu…
Rindu hanyalah satu-satunya kata di hatiku
(NajHa'_Luv'Ir)
Kutuliskan semua rasa yang ada
Kucoba rangkai menjadi bait-bait puisi indah
Seadanya rasa ini, sedalamnya hatiku
Ketika aku merindukanmu…
Tak terasa tetes airmata jatuh di pipiku
Dikala tak sedikitpun dapat kutemui adamu
Lirih pun tak kudengar suara manismu
Ketika aku merindukanmu…
Aku ingin waktu berputar ke masa lalu
Saat dimana aku ada disampingmu
Ketika dirimu belum pergi dari kehidupanku
Ketika aku merindukanmu…
Langit yang biru pun terasa kelabu
Panas mentari tak mampu hangatkan jiwaku
Tak ada rasa indah dalam kehidupanku
Ketika aku merindukanmu…
Berjuta angan inginkan kembali kehadiranmu
Walau harus berjalan jauh menjemputmu
Kurela demi bahagianya hatiku
Ketika aku merindukanmu…
Semua langkah tanpamu terasa kaku
Tak ada tawa terlahir serenyah bersamamu
Hidup sepenuhnya terasa pilu
Ketika aku merindukanmu…
Ingin rasanya aku menuruti semua egoku
Raih bahagiaku, mungkin acuhkan bahagiamu
Syukurku, ketika merindukanmu tak ku lakukan itu
Ketika aku merindukanmu…
Kutatap langit, kulihat engkau menatapku
Kutatap air, kuingat kenangan bersamamu
Kutatap hidupku, begitu kosong tanpamu
Ketika aku merindukanmu…
Aku bersedih kala teringat dia disampingmu
Begitu ingin kuhapuskan kerinduan ini
Namun hati masih ingin mengharapkan kembalimu
Ketika aku merindukanmu…
Berjuta tanya menyeruak dipikiranku
Adakah juga kau rasakan kerinduan padaku
Tak terbersitkah keinginan bertemu lagi denganku
Ketika aku merindukanmu…
Tak sedikitpun kusesali pertemuan awal itu
Tak ada hasrat untuk memisahkanmu
Tak ada rasa ingin membelenggu jiwamu
Ketika aku merindukanmu…
Ratusan malam kuhabiskan menunggu
Banyak mimpi kutabur di taman hatiku
Berharap esok kau berdiri di depan pintu hatiku
Ketika aku merindukanmu…
Terkadang datang ragu, coba tepiskan indahmu
Terkadang kupeluk bayangmu yang semu
Kutatap fotomu, berharap engkau melihatku
Ketika aku merindukanmu…
Berjuta penyesalan hadir atas semua khilafku
Berandai dapat kuperbaiki masa lalu
Seandainya dapat, kutata ulang kehidupanku
Ketika aku merindukanmu…
Terselip tanya “adakah kau menyesal mengenalku ?”
Terselip tanya “tak bisakah kau miliki saja diriku ?”
Terselip tanya “begitu mudahkah hapuskan diriku dari kehidupanmu ?”
Ketika aku merindukanmu…
Setengahnya kumerasa malu, karna mungkin hanya aku
Di sampingmu bukan diriku, mungkinkah dipikirmu ada diriku
Hingga dihatimu, masih bisa merindukan sosok lemahku
Ketika aku merindukanmu…
Hanya ungkapan rasa ini yang kumampu
Meski takkan pernah dapat menjadi obat bagiku
Sedikitnya melepaskan sedikit rasa dari hatiku
Ketika aku merindukanmu…
Kurelakan semua rasa sayang ini menunggu
Kubiarkan diri ini mengenang memori masa lalu
Kuyakinkan hatiku jangan memilih tuk ragu
Ketika aku merindukanmu…
Harapan tumbuh, serasa ku mampu sendiri dulu
Kubiarkan hati putih tanpa debu cinta yang lain
Mencoba buktikan betapa setianya diriku
Ketika aku merindukanmu…
Kuberikan semua rasa sayang yang tulus untukmu
Kuhapus ingatan tentang ketaksempurnaanmu
Kuyakinkah hati sesungguhnya kita adalah satu
Ketika aku merindukanmu…
Kusadari betapa lemahnya diriku tanpamu
Kuteringat betapa kasarnya diriku dulu
Betapa ingin memohon dirimu kembali padaku
Ketika aku merindukanmu…
Kucoba merangkai semua imaji bahwa kau pun merindu
Kucoba bermimpi kau pun memimpikan keberadaanku
Kucoba menunggu, buktikan takdir dan inginku
Ketika aku merindukanmu…
Tak kuasa logika atas semua rasa dalam hatiku
Tak kuasa raga atas keberadaan jiwa lemahku
Tulus mencintaimu, dari ketidaksempurnaanmu
Ketika aku merindukanmu…
Kupintakan dirimu sehat s’lalu hingga batas waktu
Berkhayal kelak dapat kulihat kembali sosok indahmu
dan kudengar lagi… suara manja dan manismu
Ketika aku merindukanmu…
Kuterpaku dengan kata-kata cinta dan setia
Tulus dan tanpa harus dirasa oleh berdua
Hingga sering membuatku menjadi rapuh
Ketika aku merindukanmu…
Menjadi seperti inilah diriku
Terlihat jelas seluruh isi hati dan pikiranku
Hanya karena aku merindukanmu…
Kurasakan putih dan tulusnya cinta
Indahnya memberi, teguhnya rasa
Bagaimana hati mencoba setia
Ketika aku merindukanmu…
Rindu hanyalah satu-satunya kata di hatiku
(NajHa'_Luv'Ir)
Label:
Puisi
Senin, 13 Juli 2009
Ingin seperti
Bulan itu tidaklah indah.
Permukaannya tidak rata.
Ia bukanlah bintang,
yang mampu terangi tata surya…
Namun…
Aku ingin seperti bulan,
nan selalu setia mencintai bumi,
meski bumi lebih memilih matahari…
Aku ingin seperti bulan,
yang selalu ada menemani bumi,
saat matahari tidak menerangi…
Aku ingin seperti bulan,
yang terus memuja bumi,
hingga jarak tak lagi berarti…
Yang Jauh Di sana.................!!!!!!!!!!!!!!!
Bila diriku tak dapat menjadi mataharimu…
maka perkenankanlah aku ‘tuk jadi bulanmu…
agar aku dapat terus mencintaimu…
agar aku dapat menemani sepimu…
dan andai jarak terlentang memisahkan kita…
aku akan dapat terus memujamu…
Permukaannya tidak rata.
Ia bukanlah bintang,
yang mampu terangi tata surya…
Namun…
Aku ingin seperti bulan,
nan selalu setia mencintai bumi,
meski bumi lebih memilih matahari…
Aku ingin seperti bulan,
yang selalu ada menemani bumi,
saat matahari tidak menerangi…
Aku ingin seperti bulan,
yang terus memuja bumi,
hingga jarak tak lagi berarti…
Yang Jauh Di sana.................!!!!!!!!!!!!!!!
Bila diriku tak dapat menjadi mataharimu…
maka perkenankanlah aku ‘tuk jadi bulanmu…
agar aku dapat terus mencintaimu…
agar aku dapat menemani sepimu…
dan andai jarak terlentang memisahkan kita…
aku akan dapat terus memujamu…
Label:
Puisi
Kamis, 18 Juni 2009
Hal Terindah
Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
Ini karena hal terindah di dunia TIDAK TERLIHAT...
Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan..
Ada orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan...
Tapi ingatlah...
melepaskan BUKAN akhir dari dunia..
melainkan awal suatu kehidupan baru..
Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis,
Mereka yang tersakiti,
mereka yang telah mencari...
dan mereka yang telah mencoba..
Karena MEREKALAH yang bisa menghargai
betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka...
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
Ini karena hal terindah di dunia TIDAK TERLIHAT...
Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan..
Ada orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan...
Tapi ingatlah...
melepaskan BUKAN akhir dari dunia..
melainkan awal suatu kehidupan baru..
Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis,
Mereka yang tersakiti,
mereka yang telah mencari...
dan mereka yang telah mencoba..
Karena MEREKALAH yang bisa menghargai
betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka...
Label:
Tentang Cinta
Sabtu, 13 Juni 2009
Bila Cinta Berbicara
Suatu ketika, seorang lelaki kelihatan amat sedih. Wajahnya kusut masam. Air mukanya letih menahan tangis. Rupanya, dia baru saja kehilangan kekasih tercintanya untuk selama- lamanya.
Atas nasihat orang di sekitarnya, ia menemui seorang tua bijak . Mereka berkata, siapa tahu orang bijak itu dapat membantu menyelesaikan masalahnya. Kerana merasa amat cinta kepada kekasinhnya yg telah tiada itu, ia amat berharap agar dapat bertemu dengan orang bijak itu. Ditempuhlah perjalanan yang jauh dengan cepatnya.
Sesampainya disana, dia bertanya, “Guru, apakah Anda memiliki ramuan ajaib untuk mengembalikan kekasihku?”
Sang Guru tidak berusaha untuk membalas atau menghalau perkataan, itu karena permintaannya yang tidak masuk akal.
Dia cuma berkata, “Carilah bunga merah dari rumah yang tidak mengenal “kesedihan”. Setelah kamu bertemu bunga itu, kita akan bersama-sama membuat ramuan ajaib untuk mengembalikan kekasihmu itu.”
mendengar hal itu, lelaki tersebut segera berangkat mencari petunjuk sang guru.
Dalam perjalanan, dia nampak bingung. Tak ada satu petunjuk pun tentang di mana dan bagaimana bentuk rumah itu. Hinggalah, dia tiba di depan rumah mewah.
“Mungkin, penghuni rumah itu tak pernah mengenal kesedihan,”ucap lelaki itu dalam hati.
Setelah mengetuk pintu, dia berkata, “saya mencari rumah yang tidak pernah mengalami kesedihan. Inikah tempatnya ?”
Wajah sang lelaki masih memperlihatkan raut bersedih. Dari dalam rumah, terlihat wajah seorang wanita yang tak kalah sedih.
Pemilik rumah itu menjawab, “Kamu datang ke rumah yang salah.”
Pemilik rumah itu bercerita tentang tragedi yang dialaminya . Ia tak hanya kehilangan seorang jekasih, tapi juga kedua orangtuanya, karena kemalangan. Si lelaki berasa amat kecewa.
Namun, dia menjadi terharu dengan cerita tuan rumah. Ia berfikir, “Siapa yang boleh membantu orang yang nasibnya lebih malang dari saya ini?”
Dia memutuskan untuk tinggal di sana dan menghiburkan pemilik rumah itu. Beberapa hari lamanya, dia bersama wanita pemilik rumah itu, saling bantu-membantu untuk menjalani hidup.
Beberapa minggu berlalu, lelaki itu pun berasa si tuan rumah sudah kelihatan lebih baik. Lalu, ia berangkat lagi mencari rumah berikutnya. Tetapi, ke mana pun dia pergi, selalu bertemu kesedihan orang lain. Akhirnya, dia berasa bertanggungjawab untuk menghiburkan semua orang yang dikunjunginya. Hingga akhirnya, dia pun melupakan misinya.
hm... ketika cinta telah berbicara, kadang kita rela melakukan apa saja.. kehilangan seorang kekasih hati, kadang membuat pikiran kita larut dalam kesedihan dan harapan akan kembalinya kekasih itu,, hingga kadang kita tak sadar, telah melakukan hal-hal yang tak semestinya kita lakukan......
Atas nasihat orang di sekitarnya, ia menemui seorang tua bijak . Mereka berkata, siapa tahu orang bijak itu dapat membantu menyelesaikan masalahnya. Kerana merasa amat cinta kepada kekasinhnya yg telah tiada itu, ia amat berharap agar dapat bertemu dengan orang bijak itu. Ditempuhlah perjalanan yang jauh dengan cepatnya.
Sesampainya disana, dia bertanya, “Guru, apakah Anda memiliki ramuan ajaib untuk mengembalikan kekasihku?”
Sang Guru tidak berusaha untuk membalas atau menghalau perkataan, itu karena permintaannya yang tidak masuk akal.
Dia cuma berkata, “Carilah bunga merah dari rumah yang tidak mengenal “kesedihan”. Setelah kamu bertemu bunga itu, kita akan bersama-sama membuat ramuan ajaib untuk mengembalikan kekasihmu itu.”
mendengar hal itu, lelaki tersebut segera berangkat mencari petunjuk sang guru.
Dalam perjalanan, dia nampak bingung. Tak ada satu petunjuk pun tentang di mana dan bagaimana bentuk rumah itu. Hinggalah, dia tiba di depan rumah mewah.
“Mungkin, penghuni rumah itu tak pernah mengenal kesedihan,”ucap lelaki itu dalam hati.
Setelah mengetuk pintu, dia berkata, “saya mencari rumah yang tidak pernah mengalami kesedihan. Inikah tempatnya ?”
Wajah sang lelaki masih memperlihatkan raut bersedih. Dari dalam rumah, terlihat wajah seorang wanita yang tak kalah sedih.
Pemilik rumah itu menjawab, “Kamu datang ke rumah yang salah.”
Pemilik rumah itu bercerita tentang tragedi yang dialaminya . Ia tak hanya kehilangan seorang jekasih, tapi juga kedua orangtuanya, karena kemalangan. Si lelaki berasa amat kecewa.
Namun, dia menjadi terharu dengan cerita tuan rumah. Ia berfikir, “Siapa yang boleh membantu orang yang nasibnya lebih malang dari saya ini?”
Dia memutuskan untuk tinggal di sana dan menghiburkan pemilik rumah itu. Beberapa hari lamanya, dia bersama wanita pemilik rumah itu, saling bantu-membantu untuk menjalani hidup.
Beberapa minggu berlalu, lelaki itu pun berasa si tuan rumah sudah kelihatan lebih baik. Lalu, ia berangkat lagi mencari rumah berikutnya. Tetapi, ke mana pun dia pergi, selalu bertemu kesedihan orang lain. Akhirnya, dia berasa bertanggungjawab untuk menghiburkan semua orang yang dikunjunginya. Hingga akhirnya, dia pun melupakan misinya.
hm... ketika cinta telah berbicara, kadang kita rela melakukan apa saja.. kehilangan seorang kekasih hati, kadang membuat pikiran kita larut dalam kesedihan dan harapan akan kembalinya kekasih itu,, hingga kadang kita tak sadar, telah melakukan hal-hal yang tak semestinya kita lakukan......
Label:
Cerpen